Selamat Datang di MediaPendampingNews.Com ➤ Cepat - Akurat - Terpercaya ➤ Semua Wartawan MediaPendampingNews.Com dilengkapi dengan ID Card Wartawan.



Renungan Minggu : Menjadi “Domba” Yang Tidak Tersesat Nats : Matius 18:12-14.

Editor: MediaPendampingNews.com author photo

MPnews.Medan  -  Sebagai orang percaya, kita adalah umatnya yang digambarkan sebagai domba-domba Allah(Mazmur 119:176, Yesaya 53:6, Yohanes 10:27, 1 Petrus 5:2). Tuhan sengaja menggambarkan kita sebagai domba-Nya, karena domba menggambarkan sebagai sesuatu yang lemah, tetapi yang bergantung penuh kepada gembalanya. Artinya seharusnya orang percaya bahwa ketergantungan kita akan Tuhan itu tidak boleh hilang dari gaya hidup kita, karena kita menyadari tanpa Gembala Agung(Ibrani 13:20) kita tidak ada apa-apanya. Oleh sebab itu pastikan kita terus mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita apapun keadaan, situasi dan kondisi kita. Namun di akhir jaman ini, tidak sedikit kita melihat ada banyak domba-domba Allah yang sudah semakin tersesat, dan bahkan hilang. Kita akan belajar kenapa orang percaya atau domba-domba Allah dijaman akhir ini bisa tersesat?


1. Tidak memiliki visi atau kehilangan visi mula-mula. Matius 28:19-20.

Sebenarnya orang percaya didalam Tuhan yang bertumbuh dengan baik dan benar, akan menyadari bahwa hidupnya memiliki visi yang jelas daripada Tuhan. Sehingga ketika kita menyadari ada visi yang harus kita lakukan dan selesaikan, maka kita tidak akan tinggal diam didalam kehidupan iman kita didalam Tuhan. Jelas didalam Matius 28:19-20, ayat ini bukan hanya tertuju kepada murid-murid, tetapi juga kepada setiap orang yang percaya tanpa terkecuali. Namun banyak orang percaya jaman sekarang sudah merasa melakukan visi yang Tuhan perintahkan, namun ketika mengalami zona nyaman baik dalam membangun gereja, keadaan ekonomi bagus, kesehatan baik dan sebagainya, sudah tidak ada niat lagi untuk melakukan visi yang daripada Tuhan, karena kita berpikir sudah cukup hanya dengan hal demikian. Dalam Kisah Para Rasul 1:8, “menjadi saksi sampai ke ujung bumi” dimaksudkan juga adalah agar kita tidak berhenti mengenapi visi Tuhan sampai batas akhir hidup kita. Jadi domba yang tersesat adalah domba yang tidak memiliki visi atau kehilangan visi ditengah situasi dan keadaan kita hidupi. 


2. Mengandalkan diri sendiri atau kekuatan diri sendiri. Yeremia 17:5-17.

Salah satu kenapa kita sebagai domba Allah bisa tersesat, adalah ketika kita lebih mengandalkan kekuatan, kepintaran, kemampuan dan skil diri sendiri tanpa adanya pengandalan Tuhan, atau keterlibatan didalam hidup kita. Dalam Yohanes 10:27, kata “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku” menunjukan bahwa tidak bisa tidak, domba yang benar adalah domba yang pendengarannya akan suara Tuhan lebih sensisitf daripada suara apapun. Sehingga ketika kita benar-benar mengenal suara Tuhan, maka kita tidak akan mengandalkan kekuatan, kepintaran, kemampuan, skil dan sebagainya, tanpa adanya keterlibatan Tuhan. Ada banyak orang percaya jaman sekarang lebih mengandalkan kekuatan dirinya sendiri tanpa melibatkan Tuhan, sehingga justru membuat kita semakin tersesat dari kebenaran Firman Allah. Orang yang mengenal suara Tuhan pasti  akan menyadari bahwa apapun yang ada pada dirinya, baik kekuatan, kemampuan, skil dan sebagainya berasal daripada Tuhan, sehingga kita terus bergantung kepada Tuhan. 


3. Hilangnya rasa kepedulian terhadap diri sendiri maupun orang lain. Matius 18:13, Matius 24:12 .

Ini yang pasti yang harus kita sadari dan yang akan terjadi bahwa di akhir zaman “kasih manusia akan semakin dingin”, dan itu sudah di nubuatkan sejak lama. Dalam Matius 18:13, menunjukan bahwa seorang gembala yang baik akan menunjukan kasihnya kepada domba-domba baik dan juga domba-domba yang tersesat, bahkan lebih besar sukacitanya ketika gembala tersebut mendapat domba yang tersesat itu kembali. Ayat ini menunjuka betapa kasih seorang gembala atas domba-dombanya, dan ini juga menunjukan juga betapa besar kasih Allah pada kita sekalipun kita tersesat. Saya menemukan dalam ayat ini menunjukan domba yang hilang adalah domba yang juga kehilangan rasa kasihnya bukan hanya terhadap gembalnya, namun juga terhadap domba-domba(orang-orang percaya) yang lain. Sehinga menimbulkan rasa ketidak pedulian antas sesama sebagai orang percaya. Tidak sedikit kita melihat ada banyak kasus baik disekitar kita, dan berita-berita yang memberitakan atau menunjukan kasih itu semakin dingin(ayah membunuh anak, anak membunuh ibu, ibu membunuh anak dan sebagainya). Oleh sebab itu domba yang tidak tersesat akan memastikan untuk kita terus memiliki dan mempertahankan kasih yang daripada Allah dalam kehidupan kita, sekalipun masalah, keadaan, situasi membuat kita seperti akan mengalami keputusasaan.


Kesimpulan: Jadi jelas posisikan diri kita menjadi orang-orang percaya atau domba Allah yang tidak tersesat, yang memiliki visi yang jelas, dan terus mengandalkan Tuhan baik dalam hal apapun, sehingga membuat kita terus memiliki kerendahan hati dan tetap mempertahakan kasih Allah(rasa peduli) yang didiam didalam diri kita. Amin


Ev. Ariston Napitupulu S.Th, M.Th

Share:
Komentar

Berita Terkini