Selamat Datang di MediaPendampingNews.Com ➤ Cepat - Akurat - Terpercaya ➤ Semua Wartawan MediaPendampingNews.Com dilengkapi dengan ID Card Wartawan.



Renungan Minggu : Hati Hamba Nats : Lukas 22:24-27

Editor: MediaPendampingNews.com author photo


MPnews.Medan  -  Hati hamba atau doulos(Yunani), adalah dasar daripada gaya hidup orang percaya yang benar-benar bertumbuh dengan baik dalam imannya. Pada jaman sekarang prinsip dasar untuk memiliki hati hamba  yang benar sudah sulit ditemukan, karena memang mendekati akhir zaman hati atau iman orang percaya akan semakin teruji apakah hati hamba didalam iman orang percaya itu tetap ada atau tidak(Matius 24:12). Oleh sebab itu tidak heran pada akhir zaman ini sering terjadi pertengkaran dalam  masing-masing orang percaya, dan bukan hanya didalam kehidupan” jemaat“ saja tetapi juga didalam kehidupan para pelayan bahkan para hamba-hamba Tuhan. Oleh sebab itu di ayat nats dikatakan bahwa pertengkaran terjadi pada murid-murid Tuhan Yesus disebabkan timbulnya pertanyaan siapakah yang paling besar dari antara mereka. Oleh sebab itu kita akan belajar bagaimana Tuhan Yesus menjadikan DiriNya teladan yang sempurna untuk kita memiliki hati hamba. 


1. Penyangkalan Diri. Lukas 9:23

Ini yang Tuhan Yesus tunjukan kepada kita bahwa penyangkalan diri adalah dasar yang kuat untuk kita memilki hati hamba. Dalam Filipi 2:5-10, di situ dinyatakan bahwa status atau jati diri Tuhan Yesus yang adalah Allah itu sendiri tidak harus di pertahankan, sekalipun tidak menghilangkan ke Tuhan-nanNya. Penyangkalan diri Tuhan Yesus terlihat dalam karya salibNya, dimana Dia tetap mengosongkan DiriNya sebagai Allah sekalipun itu tidak pantas Dia terima. Artinya disini bahwa hati hamba itu bukan berbicara siapa diri kita, status kita, jati diri kita, tetapi tentang menyadari apa tujuan Tuhan dalam kehidupan kita(pikul salib, Lukas 9:23). Artinya apapun status kita, jabatan, kekayaan, drajat, itu tidak menghalangi kita untuk melakukan hal-hal yang mungkin dianggap sepele, hina, dan bahkan mungkin orang melihat tidak “pantas” kita lakukan sebagai orang kaya, memiliki jabatan tinggi dan sebagainya. Jadi jelas bahwa untuk memiliki hati hamba yang benar harus didasari dengan penyangkalan diri yang kuat, karena dengan demikian kita tidak terikat dengan harta,  siapa status kita, jabatan kita dan sebagainya(rendah hati).


2. Melayani dan bukan dilayani. Matius 20:28.

Prnsip yang kedua dalam hati hamba adalah menyadari diri kita bahwa kita bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Untuk memiliki prinsip ini dengan kuat, sangat perlu kita sadari bahwa “hak” kita secara penuh sudah kita serahkan kepada Tuhan., baik harta, jabatan, bahkan status kita dihadapanNya. Ketika kita memiliki prinsip ini, maka kita tidak akan terikat dengan hal-hal apapun yang membuat kita meninggalkan Tuhan. Artinya ini adalah penyerahan total secara penuh kepada Tuhan sehingga membuat kita menjadi orang-orang percaya yang siap sedia dalam melakukan kehendakNya baik dalam situasi dan keadaan apapun. Oleh sebab itu pastikan kita memiliki hati yang mudah dibentuk atau rendah hati, agar kesombongan tidak timbul dalam hati kita. 


3. Kasih. Yohanes 13:34.

Ini adalah dasar yang paling kuat yang dimiliki oleh Tuhan Yesus untuk Dia menjadi Hamba yang sempurna, yaitu didasari dengan “Kasih”. Karena dasar kasih lah Tuhan Yesus mampu mengorbankan(status) dan menerima(salib) untuk menebus dan membebaskan kita daripada maut. Artinya disini bahwa untuk memiliki hati hamba yang benar, ialah harus didasari dengan kasih yang benar didalam Tuhan. Ada banyak orang percaya jaman sekarang di dalam kehidupannya, baik dalam keluarga, pekerjaan,  aktifitas dan sebagainya, tidak didasari dengan kasih yang benar, sehingga ketika mengalami proses iman(masalah), maka menimbulkan dosa, dengan saling menghakimi, menjatuhkan, dan sebagainya. Oleh sebab itu pastikan dasar kasih yang benar itu terus terbangun dengan baik, sehingga apapun yang kita lakukan dalam kehidupan kita itu untuk mempermuliakan nama Tuhan.


Kesimpulan: Hati hamba adalah dasar yang harus dibangun dalam kehidupann iman orang  percaya, sehingga kita menyadari bahwa apa yang kita lakukan itu semua untuk kemuliaan Tuhan. Ketika kita menyadari hidup kita untuk kemuliaanNya, maka penyangkalan diri tidak akan sulit untuk kita lakukan, karena kita menyadari dan mendasari iman kita dengan penyangkalan diri atas dasar kasih Allah kepada kita. Amin 


Ev. Ariston Napitupulu S.Th

Share:
Komentar

Berita Terkini