MPnews.Medan - Sebagai orang percaya, kita pasti yakin bahwa kita di berkati dan penyertaan Tuhan ada dalam setiap orang percaya. Oleh sebab itu sebagai orang percaya, apapun keadaan dan situasi kita, pastikan iman kita tetap kuat didalamNya. Seperti seorang Kornelius, dimana dia menjadi salah satu teladan di dalam alkitab yang patut kita teladani dari kehidupannya. Jika kita mendengar kata "pejabat" maka yang ada dalam pikiran kita adalah orang yang sangat terpandang dan disegani semua orang, di mana-mana mendapatkan pelayanan yang utama. Namun tidak sedikit orang berpendapat bahwa pejabat identik dengan orang yang hanya mau menang sendiri, katanya pelayan masyarakat tapi nyatanya selalu ingin dilayani oleh masyarakat, gampang sekali menyalahgunakan wewenang (korupsi, suap, dan sebagainya). Kornelius adalah seorang perwira pasukan Romawi yang disebut pasukan Italia. Ini menunjukkan bahwa Kornelius bukanlah orang biasa, tapi orang yang memiliki jabatan tinggi atau pemimpin, dimana dia memiliki kuasa, kekayaan dan kemampuan untuk memerintah. Namun apa yang membedakan kehidupan seorang Kornelius sehingga dia tercatat didalam alkitab?
1. Kornelius berfungsi sesuai dengan apa yang di percayakan Tuhan kepadanya.
Kita dapat melihat dimana Kornelius menjadi salah satu teladan sebagai orang percaya, dimana sekalipun ia pejabat atau pemimpin yang mengayomi masyarakat, ia memiliki hati untuk rakyatnya dan takut akan Tuhan. Inilah yang membedakan dengan kebanyakan pejabat atau pemimpin zaman sekarang yang cenderung mementingkan golongannya atau diri sendiri, egois dalam memutuskan segala sesuatunya. Jika kita baca lebih lagi sesungguhnya Kornelius berasal dari bangsa "kafir", yang artinya bukan dari orang Yahudi. Tetapi ia menyadari tanggung jawabnya sebagai orang yang Tuhan percayakan dalam suatu jabatan atau posisi sebagai pemimpin yang tak mudah, ia pun sadar bahwa ia sangat membutuhkan campur tangan kuasa Tuhan. Hal ini menunjukan bahwa Kornelius berfungsi dengan baik atas apa yang Tuhan telah percayakan kepadanya. Kisah Para Rasul ini mencatat bahwa Kornelius merupakan orang non-Yahudi pertama yang menjadi orang Kristen (pengikut Kristus).
2. Punya jabatan tak membuatnya sombong(rendah hati).
Orang yang memiliki kedudukan tinggi biasanya mudah sekali takabur, berlaku sombong dan memandang rendah orang lain. Sikap seperti ini jika dipertahankan akan membuat lupa siapa dirinya, dan lupa bahwa Tuhanlah yang memberikan kepercayaan kepadanya. Perhatikan yang Alkitab katakan: "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11). Meski berpangkat, memiliki jabatan, di hormati dan segani, Kornelius tetaplah orang yang rendah hati. Ini adalah kunci seorang Kornelius untuk mampu berfungsi dengan baik atas apa yang Tuhan telah percayakan kepadanya. Firman Tuhan berkata "...kerendahan hati mendahului kehormatan." (Amsal 3:34). Jadi jelas, Konelius tidak mencari kehormatan, jabatan dan sebagainya, yang dia lakukan hanyalah berfungsi dengan baik dalam bidangnya seperti untuk Tuhan. Jika saat ini kita dipercaya oleh Tuhan sebuah jabatan atau kedudukan yang tinggi, jangan sampai hal itu membuat kita lupa diri, memegahkan diri, apalagi sampai menganggap rendah orang lain.
3. Senantiasa bersyukur
Kita dapat melihat dalam ayat yang kedua, dimana keseharian atau aktifitas Kornelius tidak lepas dari yang namanya bersyukur. Kornelius bersyukur bukan karena rutinitas yang harus dilakukan agar di berkati, tetapi bersyukur dalam keadaan dan situasi apapun yang terjadi. Oleh sebab itu seharusnya orang percaya harus memiliki sikap senantiasa bersyukur dalam keseharian dan dalam kondisi apapun, maka apapun yang rencana Tuhan dapat dengan mudah kita lakukan.
Kesimpulan: Jadi mari kita belajar dari kehidupan seorang Kornelius, dimana kita juga seharusnya menjadi orang percaya yang diberkati. Oleh sebab itu berfungsilah sesuai apa yang Tuhan sudah percayakan dengan melakukannya dalam kerendahan hati dan selalu bersyukur atas apapun kondisi keadaan atau situasi yang kita terima. Sehingga pertumbuhan baik secara jasmani maupun rohani akan tetap bertumbuh dengan baik, sehingga nama Tuhan dipermuliakan lewat hidup kita. Amin
Ev. Ariston Napitupulu M.Th