MPnews.Medan - Tidak bisa di pungkiri hidup di dunia ini adalah hidup dimana persaingan dalam segala bidang sudah sering terjadi, bahkan bidang kerohanian pun menjadi ajang untuk saling bersaing satu sama lain. Dalam dunia bisnis, karyawan, bahkan dunia pelayanan pun demikian. Artinya dalam hidup kita sebagai orang percaya pun demikian, tidak lepas daripada persaingan atau perlombaan untuk menjadi yang terbaik. Namun didalam alkitab ada perbedaan dalam hal persaingan atau perlombaan. Tuhan Yesus menjadikan contoh seorang anak kecil dalam menerangkan bagaimana kita dapat menjadi yang terbesar di sorga. Kita akan belajar bagaimana seharusnya kita saling bersaing dalam perlombaan sebagai orang percaya.
1. Berlomba-lomba menjadi apa adanya dan bukan ada apanya(tulus dan rendah hati).
Tidak kebetulan Tuhan Yesus menunjukan seorang anak sebagai contoh untuk menjadi yang terbesar. Kita tahu bahwa seorang anak memiliki karakter yang masih polos, dan Tuhan Yesus mengajarkan kita bahwa untuk kita menjadi yang terbesar adalah haruslah menjadi orang yang tulus dan rendah hati. Kenapa Tuhan menunjukan demikian, karena Dia melihat bahwa orang-orang yamg sudah dewasa, ketika sudah memiliki apapun yang dia miliki atau bahkan ingin memiliki lebih, maka seringkali mulai kehilangan rasa ketulusan dalam melakukan segala sesuatu, dan bahkan cenderung menjadi sombong. Percaya atau tidak jika kita tidak mempertahankan ketulusan dan kerendahan hati dalam hidup kita, maka jabatan, harta, fisik dan lain sebagainya, akan dapat membuat kita kehilangan rasa ketulusan dalam melakukan segala sesuatu termasuk dalam hal melayani. Makannya tidak sedikit orang dapat kita lihat menjadi sombong ketika memiliki jabatan dan harta kekayaan. Oleh sebab itu pastikan jabatan dan kekayaan itu tidak mempengaruhi jatidiri kita sebagai orang percaya.
2. Berlomba untuk tidak "memilih-milih" teman dan saling menghargai.
Tuhan Yesus juga menjadikan contoh seorang anak karena Dia melihat para murid sudah mulai saling banding membandingkan, dan Tuhan Yesus tahu bahwa seorang anakadalah contoh yang terbaik dimana ketika bermain, maka anak tersebut tidak memilih-milih temannya, karena yang dia tahu hanya bermain bersama dan bersenang-senang. Artinya Tuhan Yesus menekankan kepada kita, bahwa sebagai orang percaya tidak sepatutnya dalam hal bergaul kita tidak memilih-milih siapa yang patut kita temani. Ada banyak orang percaya jaman sekarang dalam hal bergaul sudah mulai memilih siapa yang patut dijadikan teman. Seorang yang kaya hanya berteman dengan oramg-orang kaya, seorang yang pintar hanya berteman dengan orang-orang yang pintar. Tuhan menunjukan seorang anak sebagai contoh adalah agar kita sebagai orang percaya tidak memilih-milih dalam hal berteman, karena jika Yesus memilih-milih, maka Dia tidak akan mau menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia, karena Dia adalah Tuhan.
3. Berlomba-lomba dalam hal berbagi dan tidak egois.
Ini yang mau Tuhan Yesus tekankan pada murid-muridnya dalam hal menjadi yang terbesar, yaitu berlomba-lomba dalam hal berbagi atau memberi dan tidak egois, karena seorang anak memang demikian cara berpikirnya terhadap sesama temannya. Ada banyak orang percaya jaman sekarang sudah mulai tidak lagi memikirkan satu sama lain, dan bahkan lebih mementingkan diri sendiri. Yesus melihat murid-muridnya bukan hanya membanding-bandingkan saja, tetapi sudah mulai mementingkan diri mereka sendiri. Yesus sebagai Tuhan telah menjadikan dirinya teladan bagaimana Dia tidak mementingkan diriNya sendiri, karena kasihNya besar atas manusia, sehingga Dia rela menjadi Manusia. Artinya sudah seharusnya kita sebagai orang percaya harus melihat orang-orang sekitar kita, apakah kita melakukan sesuatu terhadap sesama kita? Karena orang percaya seharusnya tidak egois dalam hidupnya.
Kesimpulan: Jadi Tuhan Yesus ingin kita berlomba-lomba untuk kita menjadi yang terbesar disorga, yaitu dengan memastikan diri kita memiliki hidup yang apa adanya dan memiliki kerendahan hati yang kuat didalam hidup kita, karena menjadi yang terkecil adalah yang terbesar di sorga. Pastikan kita tidak "memilih-milih" dalam hal berteman, karena kita semuanya sama dimata Tuhan. Ketika kita menyadari bahwa kita semua sama di mata Tuhan, maka kita tidak akan menjadi orang yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri, tetapi kita bisa melihat disekitar kita akan apa yang dapat kita lakukan bagi orang lain. Amin
Ev. Ariston Napitupulu S.Th